:: Saya Terkena SSHL/SNHL ::

...12 days from hospitals to hospitals…..a journal


Seumur hidup, gue jarang sekali sakit berat. Paling berat juga cuma demam, diare, pilek, masuk angin, keseleo…pokoknya penyakit-penyakit cemen yang hanya perlu istirahat dan gak perlu perawatan extra rawat inap di Rumah Sakit.

Dan gue tuh paling males yang namanya berobat ke dokter. Kalo setiap gue sakit, obat andalan gue hanya istirahat, tidur yang banyak, pijat atau minum vitamin. That’s it…

Baru 1x gue di rawat inap di Rumah Sakit. Itu pun sudah lamaaa sekali, waktu gue masih SMP. Dan penyakitnya waktu itu juga karena penyakit yang gak jelas, karena bikinan gue sendiri…he he he.
Nah, kali ini gue bener2 kena batunya…

Awal January 2011, kira-kira sekitar 5 hari setelah Tahun Baru kemarin, tiba2 aja kuping gue yang sebelah kiri berdenging kecil. Dengingnya seperti kalo kita terkena kompresi udara di dalam pesawat, tapi tidak sakit. Gue pikir waktu itu, mungkin karena pas Tahun Baru gue sempet travelling lama dan bulak-balik turun-naik pesawat. Jadi denging di kuping itu gue cuekin aja…
Gue pikir, denging itu pasti akan bisa sembuh dengan sendiri-nya.

Tapi begitu masuk minggu ke 3, kuping gue makin parah. Semakin pekak dan denging-nya semakin kencang. Gue mulai khawatir. Akhirnya gue ke dokter THT di Ciranjang – Jakarta Selatan untuk periksa. Dokter pertama yang gue datangi mengatakan bahwa di dalam kuping gue ada selaput yang menutupi gendang telinga, dan katanya itu akibat dari kemungkinan flu yang terhambat di pesawat dan selama perjalanan Tahun Baru gue kemarin, dan yang mengakibatkan adanya slem nyangkut & berkumpul di kuping sebelah kiri. Lalu gue di kasih obat yang harus gue minum selama seminggu untuk mencairkan slem tersebut.

Setelah seminggu gue habiskan obat-obat itu, kuping sebelah kiri gue tidak ada perubahan sama sekali. Malah semakin budeg. Kalo gue tutup kuping kanan gue, maka seolah2 kuping kiri gue seperti sedang di dalam air, tidak terdengar apa-apa, hanya dengungan2 kecil sekali dan selalu berdenging kencang.

Akhirnya dengan di temani oleh suami tercinta, gue balik lagi ke THT Ciranjang – Jakarta Selatan untuk periksa yang ke dua kali.

Kali ini gue di periksa oleh dokter yang berbeda. Namanya dokter Naswanto. Oleh beliau, kuping gue di cek secara menyeluruh. Pakai microscope dan audiogram serta test garpu tala.

Hasilnya: kedua telinga gue bagus sekali, tidak ada kerusakan dan bersih, gendang telinga berfungsi secara baik dan tidak ada masalah apapun.

Tapi gue terdiagnosa terkena STROKE, atau Sudden Deafness. Dan sudah dalam kondisi parah.
Waktu dokter mengatakan bahwa gue terkena stroke, gue ketawa-tawa geli.

“Ah masa sih dok…hihihihi”
Dokter : Iya, bener….anda harus segera di rawat, karena kalau tidak, indra pendengaran anda bisa hilang permanen.
Gue : Hihihihihi…serius nih dok? Saya gitu?? Kena Stroke? Ah yang bener ajaa?? *makin gak percaya*
Dokter : Ada gejala lain? Vertigo? Muntah? Atau Pingsan?
Gue : Enggak. Saya baik-baik aja…
Dokter : Ini udah berapa lama anda mengalaminya?
Gue : Sebulan (masih senyam-senyum geli)
Dokter : Waduh, ini sudah terlalu lama. Semestinya kejadian seperti ini harus di rawat secepatnya. Anda jangan tertawa-tawa loh, biasanya penyakit yang diam-diam seperti ini yang sangat berbahaya. Kalau stroke mendera anda sedikit saja lebih kencang, maka kerusakan di tubuh yang anda alami kemungkinan lebih parah. Anda mungkin tampak terlihat sehat dari luar, tapi mungkin sebenarnya di bagian dalam anda ada terjadi kerusakan…
Gue : …….oooo trus mesti di rawat kapan Dok? Dan berapa hari? Soalnya hari Kamis besok, saya sudah harus terbang lagi untuk travelling.
Dokter : Wah, sebaiknya anda lupakan dulu mengenai masalah travelling. Anda harus di rawat malam ini juga. Dan saya sarankan anda di rawat selama 10 hari di Rumah Sakit. Anda lebih memilih mana? Travelling atau kehilangan pendengaran selamanya….
Gue : *mulai concern* Waduh, lama juga ya Dok. Memangnya harus selama itu di rawatnya? Kemungkinan sembuhnya bagaimana?
Dokter : Saya tidak berani menjanjikan apa2, tapi kita akan coba sebaik-baiknya. Ini semua 50-50. Karena ini sudah sebulan lamanya tidak di rawat. Jadi kemungkinan untuk sembuh secara total tidak akan saya janjikan. Jika tidak sembuh, maka anda akan permanen tuli sebelah. Anda akan saya rujuk untuk di rawat di RS. THT – Bedah Proklamasi untuk malam ini juga ya.

Gue terdiam…..

Pulang dari RS. THT Ciranjang, gue baru tersadarkan dengan keadaan yang terjadi….dan langsung stress. Di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah, gue nangis bombay….
Gak percaya deh kayaknya gue bisa terkena penyakit seperti ini….

Tiba di rumah, gue dan suami langsung beres-beres baju, peralatan menginap untuk check-in di Rumah Sakit. Orang pertama yang gue beri informasi tentang kondisi gue adalah boss gue! Hebat gak tuh…

Nyokap dan keluarga gue aja gak gue kasih tahu tentang hal ini sampai hari ke dua gue di rawat di RS…

Saya memang karyawan teladan sekali……..hahahahah (memuji diri sendiri….ndak papa lah yaaa…)
Malam itu, tiba di RS THT – Bedah Proklamasi, gue langsung di cek secara menyeluruh untuk jantung, darah, urine, dan gue di suruh berpuasa sepanjang sisa malam sampai besok pagi, untuk pengecekan kesehatan lebih lanjut, besok. Kelar seluruh pemeriksaan itu sekitar jam 1 malam.

Dan akhirnya karena kecapekan nangis dan mikir, gue tertidur lelap di Rumah Sakit.


Day 2; 8 Feb – Selasa.
Pagi hari gue udah di rontgen thorax. Alhamdullilah hasilnya sangat bagus… (padahal udah perokok berat gini yaa…he he he). Terus cek brain/neuron activity.
Dan kemudian, di mulailah hari-hari gue di Rumah Sakit yang penuh pengalaman dan perjuangan ini ;D

Hari ini, gue menerima banyak sekali tamu, udah kayak orang penting aja gue…hihihihi

Semua tamu bertanya hal yang sama: Kok bisa? Gimana ceritanya? Kenapa? Penyebabnya apa? Rasanya gimana? Pengaruhnya apa? Bisa sembuh gak?

Haduh…kayaknya gue pingin bikin rekaman radio aja ya. Biar ndak mengulang-ngulang ceritanya…he he he.

Well, jadi begini:
Penyakit ini di namakan Sudden Deafness atau Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSHL / SNHL) atau singkatnya Ear Stroke.

Stroke ini adalah suatu kondisi di mana fungsi syaraf alat pendengaran kita menjadi terganggu dan tuli sementara secara tiba-tiba, dan bila gangguan ini hanya berlangsung sesekali maka kualitas pendengaran kita akan segera pulih dengan sendirinya dalam kurun waktu +/-3 hari. Akan tetapi yang berbahaya adalah jika itu terjadi secara terus menerus, konstan, yang akan menyebabkan terjadinya tuli permanen.

Penyakit ini termasuk penyakit langka atau jarang. Manusia bisa saja mempunyai pendengaran yang normal sepanjang hidupnya, kemudian suatu pagi terbangun dan mendapatkan dirinya tuli. Atau bisa saja manusia terkena gangguan ringan di telinganya dan kemudian kehilangan total seluruh pendengarannya karena stroke ini. Sangking langkanya penyakit ini, bukan hanya pasien saja yang khawatir, tapi para dokter dan terapis juga concern dengan stroke SSHL/SNHL ini. Karena sampai sekarang, dunia kedokteran masih belum bisa menemukan secara pasti apa penyebab SSHL/SNHL ini. Maka itu, SSHL/SNHL termasuk stroke langka.

Mungkin karena gue makhluk yang unik dan langka….makanya akhirnya terkena penyakit yang langka juga yaa…hahahhahah! :D

Biasanya yang dirusak oleh stroke ini adalah syaraf-syaraf di bagian kepala, leher dan telinga. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Namun kebanyakan terkena pada umur 30-60 tahun. Perkiraannya dari 300.000 orang, kemungkinan jumlah yang terkena penyakit ini adalah 5-20 orang pertahunnya. Di Amerika, di perkirakan setiap tahunnya di temukan 4.000 kasus stroke syaraf ini.

Biasanya dari 10 orang yang terkena SSHL/SNHL, yang 9 orang terkena hanya di salah satu telinga saja. Jarang di temukan kasus yang terjadi ketulian tiba-tiba pada kedua telinganya. Penyakit SSHL/SNHL ini bisa sementara ataupun permanen, tergantung tingkat kehilangan pendengaran yang sangat beragam dan tergantung cepatnya tindakan medis yang di lakukan. Dari mulai yang ringan sampai yang parah.

Penyebab penyakit ini bisa bermacam-macam. Contohnya:
1. Penyakit menular
2. Trauma, seperti luka atau benturan di kepala
3. Pertumbuhan jaringan syaraf yang abnormal
4. Gangguan sirkulasi darah dan oksigen pada bagian kepala/leher/telinga
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Bakteri
7. Alergi
8. Terlalu sering menggunakan headset, earphone, memasang volume musik yang terlalu keras di telinga.
9. Gangguan syaraf, otot, membrane
10. Tingkat/level stress
11. Pola makan dan asupan gizi.
12. 1001 faktor penyebab lainnya…

Penderita SSHL di wajibkan sesegera mungkin untuk memeriksakan dirinya ke dokter THT dan dokter Syaraf. Semakin cepat penderita berobat, maka semakin besar kemungkinan si penderita untuk sembuh. Penderita yang memeriksakan dirinya ke dokter dalam waktu 3-7 hari, masih mempunyai harapan yang lebih besar untuk sembuh di bandingkan dengan penderita yang memeriksakan dirinya pada hari ke 30 atau lebih lama. Meskipun sembuh secara normal penuh atau excellent recovery, juga sangat jarang terjadi. At least with some treatments can reduce the loss hearing.

Gejala-gejala awal pada setiap orang sangat berbeda-beda. Biasanya kuping akan terasa berdenging dan pendengaran seperti terasa kebas, suara2 yang terdengar dari kuping yang terganggu akan serasa jauh, mendem dan berat seperti suara di dalam air. Banyak penderita yang ketika terkena Ear Stroke, langsung vertigo, pingsan, muntah-muntah, susah berbicara, sakit kepala, kehilangan penglihatan, bahkan susah untuk berjalan lagi karena kehilangan keseimbangan. Namun ada juga yang tidak mendapatkan gejala apapun dan langsung saja tiba-tiba berdenging.

Seperti gue contohnya. Gue sama sekali tidak ada gejala apapun. Dan gue juga tidak bermasalah dengan kesehatan ketika gue terkena gangguan SSHL pertama kali.

Sampai saat ini, tidak ada cara atau tindakan medis yang pasti untuk penanganan SSHL/SNHL ini. Hal tersebut disebabkan karena jarangnya penyakit ini terjadi dan berbagai macam faktor penyebab yang masih belum terungkap oleh dunia kedokteran (atau kata kerennya ‘idiopathic’ – of unknown cause), oleh sebab itu penyakit ini masih kontroversial dan penuh dengan misteri…iihh…gawat yaaa :D

Dalam kasus gue, tindakan medis yang di terapkan oleh RS adalah:
1. Terapi hyperbaric
2. Terapi gizi & pola makan (makanan rendah garam, gula dan lemak)
3. Terapi audiogram
4. Terapi syaraf/neuron
5. Obat-obatan
6. Bed rest total, menghilangkan stress dan mencari ketenangan pikiran serta batin …. wakwkawkawk :D

Namun semua terapi dan pengobatan yang gue terima saat ini pun tidak bisa menjamin keberhasilan total dari kesembuhan pendengaran gue. Tapi, menurut berita yang gue dengar dari para dokter dan para suster di sini, ada beberapa pasien kasus SSHL/SNHL yang sudah di rawat di RS selama 10 hari atau lebih, namun tidak ada kemajuan sembuh, dan akhirnya mereka pulang ke rumah, dan ketika sudah di rumah, mereka tiba-tiba saja sembuh.

Menurut dokter gue lagi, seorang pasien olahragawati Badminton terkenal berinisial IL, juga mengalami hal yang sama seperti gue. Dan meskipun dia segera di rawat intensif (dalam waktu 2 hari dia sudah masuk RS), namun akhirnya pendengaran IL kabarnya tidak tertolong lagi. Pendengarannya hilang permanen di salah satu telinganya.

Well, mungkin karena penyakit ini berhubungan dengan jaringan syaraf, sensorik audio dan otak manusia, jadi mungkin saja ketenangan dan kedamaian malah bisa menyembuhkan penyakit ini yaa…heheheh…who knows :D

Tidak terlalu banyak informasi dan detail yang bisa gue gali di internet mengenai penyakit ini. Informasi yang tersebar juga rata-rata sama, berhubung penyakitnya juga langka terjadi. Namun sedikit detailnya bisa di klik disini kalo berminat:
http://www.scribd.com/doc/49026086/Tuli-Syaraf-Mendadak

So, itu sedikit berita tentang penyakit yang gue alami saat ini. Sungguh mencengangkan buat gue…tapi hey, it’s life….anything can happen in a blink of an eye. Right?! :D


Day 3; 9 February – Rabu
Hari ini pertama kali gue berangkat untuk treatment Hyperbaric. Terapi ini tidak di lakukan di RS Proklamasi, karena RS Proklamasi tidak mempunyai peralatannya yang complete dan proper. Jadi harus di lakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) – Dr. Mintohardjo, Bendungan Hilir.

Jadi pagi sekali gue udah siap-siap berangkat ke RSAL dengan di antar oleh mobil operasional RS THT – Bedah Proklamasi. Ternyata hari ini gue tidak sendirian.

Ada satu orang pasien juga yang terkena SSHL/SNHL. Namanya Dadi. Dia dari Bandung. Dia masih kuliah dan umurnya masih 20 tahun, kelihatan masih sangat muda dibanding Tante Ini….hahahah :D
Dadi di temani oleh Mama-nya , dan kami bertiga di dampingi seorang suster berangkat menuju ke RSAL.

Penyakit Dadi sama dengan gue. Terkena SSHL/SNHL. Kuping sebelah kiri juga yang terkena. Tapi dia lebih cepat penangannya di banding dengan gue.

Dalam waktu 3 hari setelah dia terkena stroke, dia langsung di periksa dokter di Bandung. Dan dokter di Bandung mengatakan bahwa dia harus segera di rawat intensif karena stroke. Dokter di Bandung merujuk RS THT – Bedah Proklamasi, Jakarta sebagai tempat perawatan, karena di Bandung sendiri tampaknya tidak tersedia paket lengkap untuk pengobatan ini. Maka pada hari ke 5, Dadi sudah di rawat di RS Proklamasi dan sudah melakukan Hyperbaric Treatment bersama gue.
















Tiba di RSAL, kita langsung ke Hyperbaric Centre.

Terapi Hyperbaric ini adalah suatu pengobatan di mana pasien di wajibkan untuk menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara yang lebih besar dari pada tekanan udara atmosfer normal. Menurut dokter dan informasi yang gue dapat, fungsi dari terapi Hyperbaric untuk penyakit ini adalah untuk memberikan kelancaran peredaran udara/oxygen di dalam jaringan yang miskin perfusi, perbaikan otot, aliran darah, pembuluh darah, syaraf, kulit dan pernafasan agar memungkinan fungsi-fungsi syaraf dan darah yang terhambat, dapat terbuka atau tumbuh kembali dengan menghirup oxygen murni tersebut. Pasien yang terkena stroke hebat, keracunan gas, infeksi, luka bakar, tulang, neurologic, THT, Paru, Diabetes, Decompression Sickness atau trauma juga di anjurkan untuk melakukan terapi ini.
Di dalam ruangan Hyperbaric, ada 3 kompartemen yang berbentuk kapal selam mini. Kita harus masuk ke dalam kompartemen itu, lalu duduk berhadap-hadapan dengan pasien lainnya…seperti kita duduk di Mikrolet. Kemudian ruangan akan di tutup selama 1 ½ jam.

Lalu di dalam, kita di berikan masker udara, yang berisi oxygen 100% murni. Kemudian ruangan akan di kompresi, di berikan tekanan sebanyak 60 ft, atau 18-20 meter tekanan di bawah laut. Dan di dalam kompartemen itu, kita harus menghirup oxygen 100% murni sepanjang waktu terapi (1 ½ jam) melalui masker udara tadi.

Berhubung gue baru pertama kali merasakan terapi Hyperbaric, kelar dari terapi, begitu keluar dari kompartemen mini submarine itu, gue langsung gitink, melayang, ngambang dan bersemangat tinggi. Mungkin karena biasanya kita menghirup udara yang kotor dan penuh polusi, sekalinya di kasih udara yang bener-bener murni, malah high…ha ha ha.

Sangking high-nya, gue pulang dari RSAL gak ganti sandal….sandal gue tertinggal di RSAL dan malah sandal Rumah Sakit AL yang gue bawa pulang. Ha ha ha. Gebleg banget dah :D

Inget Michael Jackson yang selalu tidur di dalam tabung oxygen 100% murni? Naahh…tiba-tiba aja gue serasa menjadi titisannya… *plaaakkk* (biar sadar).

Terapi Hyperbaric ini sangat bagus loh. Bukan hanya untuk pengobatan tapi juga untuk peremajaan, kebersihan dan kekecangan kulit. Kita bisa jadi awet muda. Seriuss…
Jadi buat temen-temen yang pada takut tua, terus langsung pingin botox, facelift atau operasi plastik, mendingan ikutan terapi Hyperbaric aja….lebih bagus :D

 
Sebenarnya ada beberapa Rumah Sakit di Jakarta yang menyediakan layanan Hyperbaric ini. Namun tampaknya yang paling lengkap adalah di RSAL, karena mereka memang menyediakan itu untuk para kadet-kadet angkatan laut negara dan para penyelam.

Kelar dari Hyperbaric di RSAL, kita kembali lagi di antar ke RS THT Proklamasi.

Kemudian gue kembali di jenguk tamu-tamu dan teman-teman yang membuat hatiku bahagia. Mereka silih berganti datang mengunjungi gue. Gak kelar-kelar yang dateng. Sampai jam 11 malam aja masih ada temen yang datang. Gue terharu sekali.


Day 4; 10 Feb – Kamis
Pagi ini semestinya gue sudah ada di bandara Soekarno-Hatta, untuk melakukan perjalanan melancong ke Hongkong-Macau, bersama teman-teman. Dan semua perencanaan serta pengurusan perjalanan ini, gue yang bikin. Niat terselubungnya adalah karena pingin nonton konser Janet Jackson di sana.

Tapi nyatanya gue yang malah gagal pergi dan malah sedang sibuk bersiap-siap berangkat ke RSAL untuk treatment Hyperbaric. Hiks!

Lalu salah satu temen gue yang berangkat ke Hongkong mengirimkan sms-nya ke gue:
“Mi, lo emang jago banget nyari pesawat buat kita. Kita sekarang satu pesawat sama Janet Jackson!”

Duh, gue makin sirik…

Merana…

Menderita…

Kecewa…

Pedih…

Halah sudahlah…terlalu hyperbola! :D

Lalu gue dan Dadi tiba di RSAL untuk treatment. Tiba di sana, gue melihat banyak pasien yang lebih parah dari gue. Gue jadi malu hati.

Gue bersedih hati dan tidak mood untuk menjalani treatment hari ini, disebabkan karena gagal jalan-jalan akibat harus berobat untuk masalah pendengaran gue.

Sedangkan pasien di sekeliling gue ada yang terkena stroke setengah badan, kaki yang buntung dan kaku, kulitnya terbakar, kakek-kakek tua yang sudah tidak bisa berjalan dan hanya bisa di gendong & di papah, stroke mata, patah tulang dan lainnya, datang dengan semangat tinggi untuk treatment Hyperbaric ini. Gue jadi malu pada diri sendiri…

Hari ini, duduk di dalam kompartemen itu bersama dengan para pasien lainnya, gue tiba-tiba ingin menangis karena menyadari kebodohan gue.

I think I complaint too much and ungreatfull.

Keadaan dan nasib gue masih jauh lebih baik di bandingkan dengan pasien-pasien itu, gue hanya “kemungkinan” akan kehilangan salah satu indera pendengaran gue. Tapi semangat gue untuk sembuh, tampaknya dikalahkan oleh para pasien yang lebih menderita dari gue.

Tuhan masih sangat sayang sama gue, makanya gue di berikan cobaan kecil tapi langka ini, sebagai tanda peringatan, perhatian dan kasih sayang-Nya terhadap gue. Betapa gue sangat tidak bersyukur sebagai manusia ya.

Sejak saat itu, gue tidak lagi kekurangan semangat dan usaha untuk sembuh. Dan berjanji untuk tidak berkeluh kesah serta merasa menderita. Gue berniat untuk menjadikan segalanya menjadi lebih baik dengan keadaan gue yang mungkin akan terjadi nanti, baik itu hasilnya menjadi sembuh ataupun jika malah semakin parah. Semangaatttt! :D

Kelar dari RSAL, kita balik lagi ke RS Proklamasi. Kemudian gue cek Audiogram di RS Proklamasi.

Treatment Audiogram ini berfungsi sebagai alat pengecekan penerimaan suara/bunyi atau kadar kerusakan di telinga dan otak kita serta menentukan lokasi kerusakan tersebut.

Cara pengecekan Audiogram adalah dengan menggunakan headphone yang mengeluarkan suara atau bunyi spesifik dengan intensitas level suara yang berbeda untuk menentukan telinga yang baik dan yang rusak. Dengan treatment audiogram, setiap pasien yang terkena SSHL/SNHL dapat di ukur kemajuan atau kemunduran dari fungsi pendengarannya. Jadi kita akan mengetahui sebanyak apa perubahan yang terjadi dengan fungsi pendengaran kita.

Lalu siangnya boss gue datang menjenguk. He he he. Makasih ya Pak, udah di jenguk.

Kemudian beberapa teman juga datang sore harinya. Lalu malam hari para sahabat terdekat gue yang rusuh-rusuh itu datang menjenguk. Mungkin kalo boleh kongkow-kongkow dan bergadang di RS beramean, pasti kamar gue yang paling ribut. Ha ha ha ha.


Day 5; 11 Feb – Jumat
Pagi hari seperti biasa, gue tour d’hospital lagi. Treatment Hyperbaric ke RSAL.

Kali ini ada tambahan 2 pasien lagi di dalam mobil. 2 orang ibu-ibu. Dengan penyakit sama seperti gue dan Dadi.

Ibu yang pertama dari Banjarmasin, Ibu Istiyana. Waktu beliau terkena stroke pertama kali di telinga sebelah kanan, beliau terkena gejala yang parah. Selain bunyi dengingan, beliau juga sampai vertigo, muntah-muntah, seluruh kepala kebas dan sekarang kehilangan keseimbangan untuk berjalan normal.

Jadi beliau harus di papah oleh suaminya yang setia menemani setiap hari.
...Dadi, Mbak Aryanti, Ibu Istiyana & suaminya...
Penanganan medis beliau juga termasuk lama. Sekitar 3 minggu baru di rawat di RS Proklamasi. Hal itu di sebabkan karena dokter di Banjarmasin tidak banyak yang aware dan paham mengenai penyakit ini. Sehingga ibu ini telat mendapatkan perawatan medisnya.

Yang satu lagi seorang ibu dari Jakarta, namanya Mbak Aryanti. Beliau terkena stroke di telinga sebelah kiri, seperti gue dan Dadi. Ketika terkena gejala awal, beliau hanya merasakan denging dan pusing-pusing sedikit, tapi tanpa efek sakit lainnya. Sebelum beliau di rawat di RS Proklamasi, beliau sempat datang ke 3 dokter yang berbeda. Dan menerima 3 hasil diagnosa yang berbeda-beda pula.

Ada dokter yang mengatakan beliau terkena virus, ada yang mengatakan bahwa di telinga beliau terdapat slem sehingga menutup gendang telinga. Kemudian diagnosa lainnya adalah gendang telinga beliau ada yang luka.

Semua obat yang telah di berikan oleh ke tiga dokter tersebut tidak ada yang berhasil.
Sampai akhirnya beliau di rawat di RS Proklamasi.

Ternyata gue tidak sendirian….eheheheh :D

Selesai Hyperbaric, kita semua balik lagi ke RS THT Proklamasi.

Nah, berhubung sudah dari hari Selasa gue tidak bisa keramas sendiri, karena tangan kiri gue di suntik jarum infus. Maka berarti hari ini tepat sudah 4 hari gue tidak keramas.

Duh, rasanya gerah sekali dan gue sudah tidak betah. Akhirnya karena tidak ada kegiatan lain selain bedrest, gue nekat kabur dari RS untuk ke salon.

Dengan jalan pelan-pelan dan tidak mencurigakan, gue keluar dari RS dan langsung memanggil Bajaj. CABUUUTT……hahahah :D

Gue berkeliling dengan si supir Bajaj untuk mencari salon terdekat. Dan akhirnya ketemu salon di Cikini. Whooahh…gue bahagia banget!

Berhubung tangan gue masih ada tempelan saluran infus, jadi setiap orang yang memperhatikan tangan gue, pasti bertanya: Habis dari RS ya mbak? Tangannya kenapa Mbak? Mbak sakit ya? Kok tangannya begitu? Ha ha ha….kocak!

Kelar dari Salon, gue melihat ada restaurant Texas Fried Chicken di sebelah salon tersebut. Duh, mencium bau wangi ayam Texas, air liur gue langsung tumpah. Akhirnya karena gak tahan godaan, gue cuek masuk ke Texas dan membeli paket Ayam.

Lalu dengan rambut yang sudah bersih dan indah, serta membawa sekantung paket Ayam Texas, gue balik lagi ke RS dengan sembunyi dan pelan-pelan.

Masuk ke kamar….dan langsung makan ayam dengan membabi buta. Gue menggila sendirian menikmati makanan junkfood itu…….hahahah :D

Kemudian, beberapa teman dari kantor datang untuk menjenguk. Sore harinya gue kembali menjalani Treatment Audiogram.

Dan hasilnya: still nothing happen in my left ear. No improvement.

Well, I’m keeping my faith with high hopes ;)


Day 6; 12 Feb – Sabtu
Pagi hari kita berangkat ke RS Yayasan Jakarta - (di belakang Universitas Tarumanegara) untuk terapi.

Tidak terasa gue sudah 6 hari menjalani perawatan dan terapi di 3 Rumah Sakit yang berbeda.

Aktivitas harian gue selama di rawat di Rumah Sakit adalah:

Pagi hari jam 6.30, sarapan disertai susu lengkap, sudah datang diantar oleh para suster.

Dan jam 7.30 setelah sarapan, gue harus minum beberapa pil obat lalu di suntik vitamin & obatan cair lainnya. Biasanya setelah kegiatan ini, gue akan merasakan mual-mual dan ngilu-ngilu.

Kemudian jam 8.15 gue bersiap untuk berangkat terapi di RS lain.

Kelar dari terapi biasanya kita tiba kembali di RS Proklamasi, sekitar jam 11.30.
...makanan tiap hari di RS. Rendah garam, gula dan lemak...
Lalu jam 12.30 makan siang kembali di antarkan oleh suster ke kamar.

Setelah makan siang, gue akan kembali di pasangi infus dan di suntik lagi dengan obat-obatan dan vitamin cair.

Setelah itu, jam 03.00 siang, snack/kue-kue/pudding/makanan kecil di sertai segelas juice buah akan di antar lagi ke kamar.

Lalu jam 05.00 sore, makanan kecil/snack beserta teh-nya datang lagi. Setelah itu gue akan test Audiogram.

Lalu jam 06.00 sore makan malam datang.

Kemudian jam 07.00 setelah kelar makan malam, gue harus kembali minum pil obat dan kemudian di suntik lagi.















Malam jam 08.00-09.00, biasanya gue sudah lapar lagi. Jadi gue ngemil buah atau roti.

Berhubung sudah 6 hari diberikan makanan yang sangat rendah garam, lemak dan gula, teratur, sehat serta sempurna oleh Rumah Sakit, tampaknya hari ini gue mulai benar-benar sakaw sama makanan jahat.

Gue kangen sama Sop Kambing, Nasi Goreng Kambing, Sate Kambing (semua yang bernada kambing), Sate Padang, Sop Buntut, Udang Bakar, Soto Mie dan Dureeennn!!

Gilee…baru ngebayangin makanan-makanan itu aja, gue udah napsu berat…hahahaha :D
Sayangnya gue tidak bisa makan semua itu sekarang (but I know, I can and will again, pretty soon…ha ha ha).

Sebenarnya makanan di Rumah Sakit ini juga enggak parah-parah amat kok. Malah gue bilang termasuk enak. Karena makanan disini tidak benar-benar hambar dan tanpa rasa seperti makanan Rumah Sakit biasanya dan variasi makanannya sangat beragam. Tapi yaaaa…namanya juga nafsu makanan jahat gue ini sudah mendarah daging….jadi pada akhirnya gue ngidam berat sama makanan enak dan jahat itu.

Berhubung gue udah gak tahan dengan bayangan godaan makanan-makanan tadi, akhirnya gue merayu suamiku yang baik hati berhati emas itu untuk membelikan gue Mie Ayam Gondangdia. Dan karena dia tak tahan melihat pandangan memelas istrinya…akhirnya dia membelikan gue!!

Yeaayyy…..gue bahagiaaaaaaaa!!

Gue santap Mie Ayam Jamur Bakso Gondangdia itu sambil merem melek…..nikmattt cooyy! :D

Malam minggu itu gue habiskan bersama suamiku tercinta di rumah sakit. Dia download banyak film buat gue, dan kita seharian marathon nonton film di kamar RS. Romantis sekali deh kita….hahhahah! Kerjaan kita seharian itu bener-bener cuma nonton, ngobat, suntik, ngemil, nonton, makan, ngemil, makan, ngobat, suntik, nonton…..begitu teruusss…

Tiba-tiba gue merasa ada yang tertawa terkikik-kikik sambil guling-guling di samping tempat tidur gue…..

Ternyata gue di ketawain timbangan……….siyal!


Day 7; 13 Feb – Minggu
Hari Minggu kita libur terapi. Jadi hari ini kerjaan gue kembali hanya makan, tidur, ngobat, nonton, makan, tidur, suntik, ngobat, nonton, makan….gila yaaakk! :D

Berhubung sekarang kerjaan gue makan melulu, jadi saat ini tampaknya gue mulai seperti ABG dalam masa pertumbuhan yang seutuhnya. Gue selalu merasa lapar. Constanly mencari sesuatu untuk di makan dalam masa interval waktu 20-30 menit. Ck ck ck ck….

Oia, pemberitahuan…semenjak gue masuk RS, gue berhenti merokok!!

Fantastis yaaa….

Secara gue adalah salah satu perokok berat gini….bisa berhenti tiba-tiba. Hebat sekali yaaa gue…hahahahah (lagi membanggakan diri sendiri nih………boleh kan yaa boookk….). Di dalam tas gue masih ada 2 bungkus rokok yang belum gue buka. Tapi semenjak gue di rawat, tampaknya tidak ada keinginan sama sekali buat gue untuk merokok! Luarrr biasssaa… :D

Mungkin karena hal ini juga makanya bawaan gue jadi selalu merasa kelaparan ya. 7 hari di Rumah Sakit, berat badan gue naik 3 kilo. Dahsyat cong! Gue yakin, begitu nanti gue keluar dari RS, pasti banyak baju yang mesti gue sumbangin karena udah pada gak muat lagi. Hiks hiks…

Hari ini gue di kembali di jenguk oleh beberapa teman dan sahabat yang heboh….kamar gue kembali menjadi yang paling ramai di RS. Hihihihi…

Sore harinya berkat hasil rayuan dahsyat dan tatapan memelas lagi, gue di belikan paket Ayam Kentucky oleh suamiku. Dan di bawain sambal Nandos! Ooohh Tuhaann……rasanya surga! Ha ha ha ha…

Today I’ve been thinking, it is really amazing how our body is working. Tubuh kita ini punya Tuhan. Hasil dari kreasi dan ciptaan-Nya yang paling sempurna. Sebegitu sempurnanya tubuh kita, sehingga, jika ternyata salah satu fungsi tubuh ini rusak, maka kita langsung merasakan perbedaan yang sangat besar.

Dan membuat kita memandang hidup secara berbeda. Meskipun yang hilang itu adalah secuil kuku atau sejumput rambut di kepala.

Apalagi jika kita kehilangan salah satu alat/indera vital kita. Seperti mata, mulut, kaki, tangan dan telinga.

Kita manusia tidak bisa tahu apa yang di gariskan oleh Yang Kuasa. Mungkin saja saat ini kita terlihat tampak sehat, sempurna dan tinggi derajatnya. Namun tiba-tiba, dalam satu detik, hidup kita berubah 180 derajat. Semua yang ada di dalam tubuh kita dan dunia ini adalah titipan-Nya. Jadi kita yang di titipkan sudah seharusnya menjaga hasil karya-Nya dengan sebaik-baiknya. Dan jika ternyata Tuhan mengambil salah satu fungsi tubuh ini, maka itu adalah hak-Nya. Karena memang Dia yang punya.

So, if my hearing loss will never healed again or getting worse, I’m going to say: SO BE IT!.

Mungkin ini yang terbaik dari Tuhan yang di berikan terhadap gue. Selama 34 tahun gue hidup, gue sudah diberikan kesempatan sama Tuhan untuk mendengarkan banyak kata-kata kotor dan jahat, gossip, bisikan-bisikan merusak dan teriakan-teriakan yang gak penting, serta informasi-informasi yang salah. Maka mungkin menurut Tuhan, waktu gue sudah cukup mendengarkan itu semua. Dan jika memang indera pendengaran gue harus lumpuh, maka itu adalah cara hidup baru yang harus gue hadapi sepanjang hayat gue nanti dengan lebih sabar, pasrah dan ikhlas.

It’s totally a new experience and opening my mind to a new level.

Really truly amazing!


Day 8; 14 Feb – Senin
Hari ini kita kembali menjalani tour d’hospital. Kita berangkat ke RSAL lagi untuk terapi Hyperbaric.

Namun ternyata kita mendapatkan informasi oleh para suster, bahwa Dadi sudah pulang ke Bandung. Dan tidak lagi menjalani sesi terapi bersama kami. Dia ternyata sudah menyerah untuk rawat inap.

Yaa sayang sekali yaa…

Well, semoga Dadi cepat sembuh ya. Amin.

Maka pagi itu, yang berangkat hanya tiga orang perempuan untuk melakukan terapi.

Siang hari ketika sudah balik ke RS Proklamasi, gue mendapatkan kunjungan dari beberapa teman lagi. Lalu salah satu sahabat gue datang, Jimmi “Pisang” Sirait. Dia hanya ingin merayakan Valentine ria dengan gue, sahabatnya yang sedang di rawat di RS, tampaknya. Hari Kasih Sayang Bersama Sahabat Yang Lagi Sakit….

O, how sweet you are Jimmi….

Kita ngobrol ngalor-ngidul seharian berdua aja, trus dia ketiduran di kamar gue. Malamnya dia balik pulang.

Lalu, malam ini entah kenapa tiba-tiba tangan gue membengkak.

Ternyata jarum infus gue bengkok di dalam saluran darah. Jadilah para suster di RS ini pada heboh ngeliat tangan gue yang membesar dan bengkak segede gebong pisang. Dengan kasih sayang, mereka memberikan pengobatan dan kompres di tangan gue yang bengkak. Jarum infus gue kembali di rubah tempat & posisinya.

Ini adalah kali ke 3 jarum infus gue di rubah dalam 1 hari.

...tangan gue yang bengkak...
Para suster di sini mengatakan bahwa gue terlalu lincah dan gagah untuk seorang pasien Rumah Sakit.

Makanya jarum infus gue sering berpindah-pindah, karena gue gak bisa diem.

Yaaa habis gimana dong….gue kan emang bukan type orang yang bisa berdiam diri lama-lama.

Apalagi di RS ini gue banyak di suntik obat-obatan yang merupakan obat perangsang jaringan syaraf. Jadiiiii…mau gak mau…gue makin lincah ajaaa…hahahah :D

...ini ngilu beneran! Bukan acting loohh, he he...
Di RS ini, setiap harinya gue di berikan suntikan dan pil seperti Fundamin E, Tebokan, Organon, Methycobal, obat perbaikan syaraf, Vitamin B12 cair, Vitamin C cair, Prednisone – Corticosteroid cair dan infus yang berisi cairan untuk perangsang jaringan syaraf.

Setiap hari gue harus melakukan rutinitas suntik dan minum obat sebanyak 3x, pagi-siang-malam.

Lalu di tambah lagi dengan terapi Hyperbaric (yang selalu membuat gitink dan euforia bahagia itu).

Nah….gak perlu di kasih obat-obatan seperti itu aja gue udah lincah dan pecicilan…apalagi di kasih obat? He he he.

Rasanya tiap hari, gue mampu buat koprol keliling Jakarta….! :D

Lagipula, gue juga tidak merasa sakit kok….cuma budeg doang! Nyaahahahhaahh….


Day 9; 15 Feb – Selasa
Kemarin hari Valentine, sekarang Maulid Nabi SAW. Jadi hari ini libur Nasional.

Duh, biasanya kalo udah ada libur panjang-panjang begini, pastinya gue udah nyangsang travelling kemanaaaa gituuuu….

Sekarang malah teronggok di RS.

Semestinya malam ini gue nonton konser Sheila Madjid di JHCC. Tiketnya udah gue beli dari akhir tahun lalu. Akhirnya malah terbuang percuma. Sama nasibnya seperti tiket konser Janet Jackson gue di HKG. Gagal maningg…gagal maniiingg….
...tiket Janet Jackson & Sheila Madjid yang terbuang, hiks!...
Dalam waktu 9 hari, gue tampaknya sudah kehilangan banyak momen karena sakit ini.

Gagal travelling, gagal nonton konser, gagal liburan panjang, gagal meeting dengan client potensial Merimi dan gak bisa kerja ngurusin boss gue dan kantor. Aaahh….parah bener deh.

Sebenarnya di kantor, saat gue sakit ini, ada kolega yang membantu untuk menggantikan posisi gue. Tapi secara gue orangnya juga agak susah untuk mendelegasikan kerjaan dan tanggung jawab (gue lebih suka mengerjakan semuanya sendiri biar puas), apalagi tanggung jawab gue terhadap boss gue…jadi gue sedikitnya tetap aja resah, gelisah dan kepikiran.

Di tambah lagi dengan jangka waktu sakit dan rawat inap yang cukup lama seperti sekarang. Soalnya boss gue itu orangnya “agak sedikiiiitt” susah, jadi tidak banyak orang yang bisa bertahan untuk menghandle beliau. Dan pada akhirnya gue jadi merasa ada perasaan bersalah karena gue sakit begini, boss gue pastinya jadi repot dan ribet sendiri sama kerjaannya, dan perasaan bersalah juga kepada kolega-kolega yang sudah menggantikan posisi gue, karena mereka pasti jadi bingung dan ribet ngurusin kerjaan gue *verydeepsigh*

Well, akhirnya malam ini gue berdoa aja deh, semoga gue cepet sembuh dan bisa sesegera mungkin keluar dari RS agar bisa beraktifitas kembali seperti biasanya. Amiiiinnnnn!

Dan supaya gue bisa balas dendam untuk mengejar segala yang ketinggalan kemarin…hahahahhah :D

Hari ini gue merayakan Maulid Nabi SAW dengan di kunjungi oleh Tante-Tante ku yang tercinta beserta nyokap gue dan suami gue. Family time indeed! Love it…

Oia, hari ini gue juga menyadari sesuatu dari sakit gue ini.

Mungkin dikarenakan penyakit ini adalah mengenai syaraf, sensorik, perasaan dan otak manusia, jadi setelah gue telaah sendiri, tampaknya kalau gue dalam keadaan berpikir, relax, sendirian dan tenang….maka telinga gue akan sedikit berkurang bunyi denging radio rusaknya.

Tapi kalau gue dalam keadaan bersemangat, excited dan menggebu-gebu…maka bunyi denging di kuping sebelah kiri gue akan semakin parah, dan telinga serta bagian muka gue yang sebelah kiri akan terasa berat, semakin kebas dan mati rasa, bahkan gue akan semakin susah untuk mendengar orang berbicara.


Sangat contradictive sekali yaaa…secara gue orangnya yang selalu menggebu-gebu dan penuh dengan semangat gini…selalu mencari kegiatan dengan adrenalin-adrenalin baru. Malah gak boleh terlalu bersemangat…

Gimana ceritanya nih?

Kacaw yaahh… :D :D


Day 10; 16 Feb – Rabu
Kelar Hyperbaric di pagi hari, gue melakukan pelarian diri ke Salon lagi. Udah gak tahan bok!

Rambut gue kayaknya bentar lagi akan di jadikan rumah tinggal sama Laba-Laba…karena gak keramas. Begitu tiba kembali di RS Proklamasi, gue langsung pelan-pelan minggat kabur ambil Bajaj dan ngibrit ke Salon!

Karyawan di Salon itu, tiba-tiba saja sudah hapal ngeliat muka gue. Hahahah….mungkin gue satu-satunya pasien RS yang nekat bertandang ke salon mereka ya? Kocak….

Kelar urusan sama rambut, pas keluar salon, gue di goda lagi oleh bau-bauan dari Ayam Texas Fried Chicken. Gak kuat menahan selera, akhirnya gue beli lagi satu paket Ayam untuk gue bawa pulang ke RS.

Gue sebenarnya adalah pemakan segala. Gue tidak rewel dalam soal makanan dan tidak ada pantangan. Apa aja yang enak beserta sayur mayur-nya pasti gue sikat…

Namun, gue heran sendiri, biasanya gue tidak terlalu maniak banget sama makanan Junkfood, tapi kenapa kali ini gue kayaknya bener-bener hilang kendali setiap kali ngeliat makanan junkfood ya?

Mungkin efek kelamaan di kurung di Rumah Sakit? He he he…

Tiba di RS gue kembali di kunjungi oleh beberapa teman dan kolega kantor.
Setelah para tamu pulang, gue diam-diam langsung menyantap ayam-ayam tersebut dengan ganas!

Lagi asik-asiknya mengganyang ayam…tiba-tiba pintu kamar gue di buka oleh suster.

Gue syok, susternya juga syok.

Yah! Kegep…

Suster : Makan apa itu Mi?
Gue : Ayam Texas, Sus…
Suster : Eh, kamu kan gak boleh makan2an seperti itu? Kamu kan lagi terapi. Itu kan banyak sekali garamnya…junkfood itu makanan paling pantang loh. Kok dimakan?
Gue : Iya Sus…udah gak tahan…habis pingin banget.
Suster : Oooo…jadi setiap kamu menghilang dari rumah sakit itu niatnya pingin beli ini ya? Ke salon lagi ya? Hayoo ngakuuu…
Gue : *mesemmesemcantikmanja* iyaaaa…heheheh…ndak papa ya Sus….sekali ini doanngg koookk….
Suster : Haaahh…kamu ini. Yaa sudahlah…sekali ini aja ya. Jangan lagi loh. Nanti kalo udah kelar terapi-nya, trus kamu mau makan apa aja…terserah kamu deh. Tapi jangan sekarang…yah…
Gue : Iyaaaa siiyaapppp Sus! :D :D

Begitu si Suster tutup pintu kamar gue, gue langsung lanjut lagi menggila makan ayam.

Baru kali ini gue makan sesuatu yang bener-bener takut kegep orang. Ha ha ha ha! Gelooo…

Selama gue di rawat, gue merasakan kedekatan yang sangat tinggi dengan para suster di sini. Suster2 disini sangaaaaaaaaaaattt baik hatinya. Kesabaran dan kasih sayang mereka membuat kita nyaman, senang dan tidak stress. Para susternya benar-benar sangat membantu pasien.

Gue salut sama mereka. Ada suster yang sudah 24 tahun bekerja disini. Ada juga yang baru beberapa bulan bekerja dan masih sangat muda. Namun semuanya sama….
Hatinya baik!

Hebat!

Kalo gue yang jadi suster….terus mengurus pasien yang bandel kayak gue, paling udah gue tendang ke Timbuktu yaa…hihiihi :D

Untung gue bukan suster….

Sore hari, gue kembali terapi Audiogram. Hasilnya: Ada perubahan!!!!

Oohh my GOD! Rasanya gue tiba-tiba langsung pingin berangkat ke diskotik buat bikin welcoming party! Wkakwkwkawkwakw….

Menurut dokter dan informasi yang gue cari, batas pendengaran manusia yang normal adalah di 20dB – 25dB. Nah, batas tuli atau ear deaf (telinga mati) pada manusia adalah di 100dB. Jika kita sudah berada di angka 100dB, berarti sudah tidak ada harapan sama sekali untuk bisa mendengar apapun sampai kapanpun. Karena memang sudah tidak bisa di apa-apain lagi….

Awal gue periksa, kerusakan pada pendengaran gue adalah 85dB, kemudian setelah di terapi sampai hari ini, ternyata ada kenaikan menjadi 70dB!!!

Whoaaaaaaaaaaaaahhhhhhh……………….

Gue turun dari ruangan Audiogram dengan loncat-loncat kegirangan! Seriusss…. :D

Sepanjang malam ini, gue sangaaaaatt bahagiaaa….

Ya Tuhan….sembuhkanlah pendengaranku….amin!


Day 11; 17 Feb – Kamis
Bangun pagi, gue mendapatkan tangan gue kembali membengkak. Bahkan tangan gue berubah warna jadi biru setengah lengan.

Waduh, gue panik!

Mungkin tadi malam pada saat tidur, tanpa sadar gue melakukan gerakan-gerakan kungfu karena gue masih terlalu bersemangat dengan kabar hasil perbaikan pendengaran gue. Setelah berhari-hari di rawat inap dan terapi ini ada hasilnya juga ternyata. Jadi tidak terbuang percuma. Gimana gue gak seneng coba?

Akhirnya infus gue di pindah lagi. D’oh! Capeee deee…

Tapi selain dari sedikit membaiknya pendengaran gue, ada beberapa hal lagi yang berubah pada diri gue akibat treatment-treatment ini.

1. Kulit gue terlihat semakin mulus dan kencang akibat dari Hyperbaric Treatment
2. Kulit gue semakin bersinar dan putih karena suntik Vitamin C
3. Badan makin semlohay karena makan melulu
4. Muka terlihat tampak seperti babi bengkak…karena jadi chubby.
5. Berat badan gue naik mendadak hanya dalam waktu 11 hari di rawat di rumah sakit. Yang tadinya berat badan cuma 51 kilo, sekarang jadi 60 kilo!! Gue genduuutt! Seumur-umur gue belum pernah punya berat badan sampe 60 kilo! AJEGILEEEEE!!!
6. Batuk akibat rokok sudah tidak ada sama sekali
7. Tidur gue lebih nyenyak dan tanda-tanda susah tidur parah yang sering gue alami terasa berkurang.
8. Melihat dan mengalami hal-hal baru dan berkenalan dengan banyak orang-orang baru yang membuat gue semakin menghargai indahnya hidup.
9. Makin pasrah dan tawakal sama Yang Kuasa.

Yaaa…seenggak-enggaknya, ada beberapa hasil positif lain yang nempel ke gue, selama di rawat ini…
Waktu jadwal terapi Hyperbaric hari ini, ternyata ibu Istiyana tidak bisa ikut serta. Karena beliau ada pemeriksaan MRI untuk kepala-nya.

Menurut suaminya Ibu Istiyana, kepala sang istri tercinta dari kemarin malam terasa kebas, kesemutan dan pusing-pusing tiada henti. Duh, kasian banget deh gue….

Ibu Istiyana pasti sangat tersiksa sekali yaa…

Gak kebayang sama gue rasanya…

Semoga Mbak Istiyana baik-baik aja. Dan bisa cepat sembuh. Amiiinn…

Akhirnya yang berangkat cuma Mbak Aryanti dan gue, beserta satu orang pasien baru, namanya Pak Hendra dari Bogor. Ke RSAL untuk Hyperbaric.

Pak Hendra ini juga mengalami hal yang sama dengan kami. Tapi yang bermasalah adalah telinga kanan. Beliau sudah terkena SSHL/SNHL pada awal Desember tahun kemarin. Tapi beliau tidak terlalu mengindahkan bunyi denging di kupingnya (samaa ddoonng ama gueeee….heheeh). Trus akhirnya beliau melakukan perjalanan pesawat beberapa kali, lalu mulai muncul pusing-pusing dan muntah. Kemudian berubah menjadi vertigo parah. Akhirnya beliau ke Sinshei…di kasih obat, tapi tidak pengaruh. Lalu beliau cek ke dokter di Singapore. Kata dokter di Singapore, beliau terkena Meniere’s Disease. Wadoh…lebih parah ya!

Seseorang yang sudah di vonis terkena Meniere’s Disease, sudah tidak akan punya harapan apa-apa lagi untuk sembuh dan kembali mendengar. Karena saat ini sama sekali tidak ada pengobatannya dalam dunia kedokteran. Sadiss gak tuh….

Note: Ini sedikit informasi dari website yang gue dapat mengenai Meniere’s Disease.

Namun Pak Hendra tidak jatuh semangat. Beliau kembali memeriksakan dirinya ke dokter di Jakarta. Dan dokter mengatakan bahwa Pak Hendra tidak terkena Meniere’s Disease, tapi Ear Stroke (beda diagnosa antara dokter di Singapore dan dokter di Jakarta).

Jadi dokter menganjurkan Pak Hendra untuk di rawat inap dan melakukan terapi secepatnya. Maka itu akhirnya beliau terdampar di sini bersama kami.

Di RSAL kami bertemu dengan Dadi dan Mama-nya. Ternyata Dadi melakukan rawat jalan harian di RSAL. Dia tidak tahan untuk rawat inap, karena bosan (maklum anak muda). Jadi memilih untuk pulang-pergi setiap hari JKT-BDG untuk treatment Hyperbaric dan pengobatan lainnya.

Woowww….that’s truly a spirit, Dad… :D

Caiyyooo…

Mungkin dengan mengingat usia Dadi yang masih muda, dan cepatnya tindakan yang di berikan, Dadi akan lebih berhasil cepat sembuh dari pada kami yang sudah 30 tahun ke atas. Semoga saja.

Amiiinn

Gue juga bertemu dengan 1 keluarga, seorang bapak, ibu dan anaknya yang masih kecil. Ternyata yang terkena Stroke adalah anaknya yang masih SD kelas 5 ini.

Gak tanggung-tanggung, kedua telinga-nya yang kena. Sang ibu dan sang bapak sudah berkeliling mencari pengobatan untuk anak tercinta. Tapi tampaknya si anak mulai tampak tuli beneran. Hati orang tua mana yang tidak menderita melihat anaknya terkena penyakit? Hidup si anak yang baru mulai tumbuh tiba-tiba di liputi kesunyian.

Sejak terkena stroke beberapa bulan yang lalu, hasil pelajaran si anak di sekolah menjadi sangat buruk. Karena di kelas dia tidak bisa mendengar apa-apa. Dan akhirnya dia jadi minder sendiri.

Duhh….gue terenyuuhhh sanggaaaaaatt…….

Semoga keluarga itu di berikan yang terbaik dari Tuhan. Amiinnnnnn amiiinn amiiinn.

Tiba di RS Proklamasi, waktu gue lagi ubek-ubek tas, gue ketemu kotak rokok gue.

Hmmm….yuukkk kita coba ngerokok aahh :D

Akhirnya gue pasang rokoknya, dan gue kaget tercengang! Rokok seberat Gudang Garam Filter rasanya ringan banget!!! Gue serasa menghisap gulungan kertas. Tidak terasa apa-apa. Sumpaahh ringaaaaaaaannn banget!! Dan rasanya jadi tidak enak……pahit dan getir di mulut. Waduuh…paru-paru gue tampaknya sudah sangat bersih akibat tiap hari menghirup Oxygen murni 100% selama berhari-hari.

Gue kecewa dengan hilangnya rasa nikmat Gudang Garam Filter yang biasa gue lakukan setiap hari. Akhirnya hanya beberapa kali hisap, rokoknya gue matiin. Dan finally, seluruh kotak rokok yang masih ada di dalam tas gue, gue buang ke tong sampah.

That’s it….after years of smoking from a very young age, today, I’m officially quit smoking! Hoooraaaaaaaaaaaayyyyyyyyyyyy!!! :D

*So help me GOD*

Hari ini teman senasib dan sepenanggungan gue, Mbak Aryanti, juga akhirnya menyerah dan pulang.

Hal ini di karenakan setelah sekian hari di rawat inap di sini, ternyata Mbak Aryanti tidak mengalami kemajuan, malah stagnan. Tidak ada yang membaik dari pendengarannya.

Awal pertama beliau sudah di vonis 100dB, dan sekarang tetap masih 100dB.

Jadi menurut beliau, mending dia pulang aja kerumah. Kembali menjadi ibu dari 3 anaknya. Dan melanjutkan terapi rawat jalan saja. Karena ternyata semua pengobatan yang sudah di lakukan RS tidak mempan sama pendengarannya. Kita janjian, untuk selalu ketemu di RSAL buat terapi. He he he.

Duh, perpisahaan ini bikin kita berdua sedih. Namanya juga senasib…jadinya seperti ada ikatan kuat, dengan sesama penderita.

Hari ini gue kembali di kunjungi para sahabat, keluarga dan teman2. Alhamdullilah, 11 hari di rawat di RS, tampaknya gue tidak pernah kekurangan teman yang selalu datang untuk memberikan semangat, perasaan bahagia, bantuan dan kasih sayang.

Setiap hari gue gak pernah sendirian terlalu lama di kamar, pasti ada aja yang mampir berkunjung….heheheh.

Gue sangat terharu dan menghargai segala yang telah di berikan oleh mereka. Begitu juga dengan temen-temen yang di Facebook & Twitter.

From the bottom of my heart, thank you so much to you all….I love you! *Verybiggrouphugs*


Day 12; 18 Feb – Jumat
Pagi ini waktu berangkat Hyperbaric, gue kembali berangkat bersama Ibu Istiyana, suaminya dan Pak Hendra. Ibu Istiyana kemarin juga sudah mendapatkan terapi Audiogram, dan hasilnya adalah, beliau ada perubahan! Awalnya beliau di vonis 90dB, lalu setelah sekian hari di rawat, pendengarannya menjadi 65dB!!! Turun 25dB….

Wuiidiih, gue ikut seneng banget dengernya.

Lalu hasil dari MRI Ibu Istiyana juga bagus dan tidak ada masalah di kepalanya.

Tapi kepala Ibu Istiyana masih sakit dan kebas. Menurut dokter, itu akibat bunyi denging dan hilangnya keseimbangan tubuh. Makanya kepala jadi tidak seimbang dan mengakibatkan sakit. Yaa Tuhan…

Ibu Istiyana mengatakan, bahwa hari Sabtu tampaknya dia akan pulang ke Banjarmasin saja. Dan meneruskan terapi rawat jalan ke Surabaya. Karena lebih dekat ke Banjarmasin. Di Surabaya kabarnya ada RS yang memberikan layanan Hyperbaric dan treatment lainnya untuk stroke ini.

Kelar Hyperbaric, gue balik ke RS THT-Bedah Proklamasi dan tidak sabar menunggu waktu sore hari. Karena sore ini gue akan Audiogram, dan berharap ada peningkatan, jadi gue bisa segera pulang.

Kemudian, siang itu beberapa teman datang berkunjung dan akhirnya ketika sore tiba dan jam untuk Audiogram pun di mulai.

Hasilnya: Kenaikan di nada tinggi membaik 5dB. Namun sisanya masih tetap di angka 70dB.

Alhamdullilah.

Meskipun perbaikannya tidak sebanyak yang gue harapkan, namun gue tetap optimis dan bersyukur.

Sekecil apapun itu perubahannya.
...pasangan hidup gue yang setia selama 12 hari -si Tiang Infus...
Sorenya dokter gue datang, dan mengatakan bahwa malam ini gue sudah di perbolehkan pulang.

Karena hasil dari sekian hari di rawat intensif menghasilkan sedikit banyaknya perubahan. Jadi ada harapan membaik untuk pendengaran gue.

Tapi gue tetap harus melanjutkan terapi Hyperbaric dan meneruskan pengobatan.

Akhirnya, malam ini gue check-out dari RS.

I’m still keeping my high hopes for my hearing. Maybe someday, it will recover. But in the mean time, I will continue my life as happy as always. Nothing can stop me.

Kia Kaha!

So, after days of hospitalized, akhirnya gue keluar dari RS dengan berhenti merokok, mendapatkan hidup baru, bohay, kulit putih & sehat, tapi bermasalah selamanya dengan pendengaran.

Intinya: Cantik-cantik budeg….

Yaaa taallaaaaamm………








 NEW




28 comments:

wina alfazos said...

wow.. u'r still my great Mimi!
gw tau lu terapi krn tiba2 kangen sm lu. jadilah gw ngelongok ke wall n menemukan status terakhir lg terapi di AL krn light stroke.
seandainya gw tau lu dirawat, pasti gw jenguk! gw ga akan melewatkan kesempatan ketemu temen kecil 'favourite' gw dimasa susahnya.
tp pas gw pikir2, lu ternyata gak 'susah' cm budeg.. :D
penyakit lu gak bikin lu 'tuli' dr pelajaran hidup. lu pasti tau kan, kl Tuhan YME menilai manusia dr hatinya, bukan yg lain. dengan hati lu yg optimis, berusaha ikhlas, bersyukur, menghibur, berbagi, tawakal, banyak melihat kebawah, mengambil hikmah, dsb, pastinya lu bukan seorang yg cacat.
mimi sayang, all u have to do is 'growing' whatever already in your heart.. a beatiful heart.. then heaven will be yours someday!
XOXO dear.. enjoy your life n never wish u were someone else! :-*

Unknown said...

For Mimi,

"Where hope grows, miracles blossom."

Adit said...

Panjang amat Mi..
Udah lah, nanti elu ceritain lagi ke gue aja hihihi...

Oya, syukurlah semua sudah berlalu.

Alin said...

dear mba Mimi,

in GOD all are possible.....keep in high spirit of God ya mba Mimi, there's a lot of new hope :)

get well soon mba, GBu.....

cup cup ;)

Tuti said...

dah setahun ya kejadiannya.... yang saya rasakan lebih parah. telinga kiri tuli berat, yang kanan sedang....suara ditelinga kaya'nya lebih dari 5 macam... jadinya kalau ada yang ngomong jarak 1 meter ngak kedengaran... apalagi yang bisik2... padahal saya seorang guru... perlu 2 atau 3 kali minta diulang pada lawan bicara....malah seringnya ngak nyambung.... ngak bisa dengar dengan jelas omongan sule dan kawan2 di OVJ... disarankan pakai ABD, sayang sekali harganya mahal untuk ukuran saya.. mending untuk biaya kuliah anak2... kata dokter saraf pendengaran saya rusak... ngak ada obatnya.. saya iklhas menerima semua ini... toh sudah 50 tahun saya bisa mendengar dengan baik.... sudah saatnya saya menerima kekurangan pendengaran ini.... semoga bisa jadi penambah semangat untuk penderita tulin yang lainnya.... nikmati ketulian ini....

Unknown said...

Mbak mimi.. sy mau tnya donk... mungkin agak personal.. itu biaya rawat inap seminggu itu habis budget brp ya.. soalnya kasus saya mirip dengan mbak.. thanks

Unknown said...

Hi, Mba Mimi. Maaf pertanyaan saya sama dengan Mbak Anastasia di atas. Total biaya rawat inap, obat2an, terapi dsb selama Mbak 12 hari di RS Proklamasi tsb berapa yah? Kebetulan suami saya jg sama, dan ini sedang di RS Proklamasi untuk melakukan terapi Hiperbarik. Oya sekarang terapi Hiperbarik sudah tersedia di RS Proklamasinya sendiri. Dan menurut dokter yang baru saja saya temui, penyakit ear stroke tsb sdh cukup bnyk kasusnya. Hanya saja mmg pengobatannya tidak bisa dipastikan bisa seberapa jauh untuk masing2 orang. Lalu sekarang Mbak Mimi sendiri bagaimana? Apakah semakin ada kemajuan lagi? Kalau boleh, minta infonya yah Mbak ke email saya dora.kusuma@gmail.com. Terimakasih sebelumnya.

Anonymous said...

saya juga udah sebulan telinga berdengung, tapi pendengaran masih normal pas test audiogram. kadang ada saatnya dengung berhenti tapi hanya 2-3 hari saja setelah itu kembali si dengung datang. suara di telinga nguuung bukuan ngiing..

Anonymous said...

Mba Mimi.. hopefully you're doing fine now yah..

Navitas - Alvin said...

Dear Mbak Mimi,

Saya baru baca blog ini. Semoga Mbak sekarang sehat2 yah dan dapat travelling seperti sedia kala :)

Mbak, kalo boleh tahu apakah keluhannya hilang sepenuhnya setelah semua sesi terapi selesai? (termasuk sesi terapi setelah selesai rawat inap)

Saya menderita hal yang mirip, bedanya telinga saya berdenging (tp ga budeg) dan pusing sehabis diving.

Udah ke 2 THT dikasih obat ga ada perubahan.
Hari ini (tepat 1 bulan setelah muncul denging) saya mau ke dokter Naswanto.

Terima kasih atas kesediaannya menjawab. Mbak boleh menjawab di sini atau ke email alvin_rahmawan@yahoo.com .

Unknown said...

di RS ssmedika Jakarta aja, lebih nyaman tuh rumah sakit THT Bedah dan pasti sembuh deh tim dokter tht bedahnya under prof Helmi (suhunya dokter-dokter THT di Indo ), saya sudah kemana mana, sembuhnya di sana, memang waktu awal kaga yakin karena rs nya agak sepi, tapi ternyata puas banget sama pelayanannnnya

Unknown said...

Hello mba mimi...
Saya bisa mendapat info dr mbak gk, saya terkena sshl atau dengung telinga di telinga kiri sy dan tidak hilang" sdh dua minggu. Sy down dan drop ini mbak. Boleh minta saran" mbak??? I need your info and sharing. Thank you. boleh sy add pin bb mba atau siapa pun yg ada disini yg bs kasi info yg berpengalaman yah. Ini bb sy 541A7224. Tks byk yg tak terhingga sy ucapkan.

Johan Setiawan said...

Halo mba. Dokter di RS THT Proklamasi dengan dokter Siapa ya. Total biaya berapa duit? Trims

prof budeg said...

wah ni santai bener, terapi hiperbaric aja 300rb per sekali masuk, ni berapa hati berapa sesi dan belum biaya rawap inap di rs proklamasi, santai bener soal duit

Unknown said...

Alhmdulillah sy bisa pulih 90% dr Tuli mendadak ini setelah disuntik steroid 2x di gendang telinga. Thanks to Allah SWT dan Prof Helmi dr SS Medika Salemba.

Sy berobat di hari ke 10 dg kondisi audiometri under 90 dB, setelah seminggu dr suntikan pertama tes audiometri naik signifikan. Keep on trying folks. Insya Allah ada kesembuhan.

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Boleh tau no WA mas hendaru? Mau shering, kirim ke egi7601@gmail.com. aja mas hendaru.

Anonymous said...

Hi kak mimi, saya lina, boleh minta no WA kak mimi? Saya mau menanyakan saran, karena suami saya memiliki ciri ciri yang sama dengan kak mimi.
Terima kasih

Anonymous said...

Memiliki ciri2 sshl*

Unknown said...

Mbak mimi apa kabar? Apakah telinga mbak sampai sekarang masih berdengung? Saya juga mengalami hal yang sama namun saya hanya tuli ringan (low tone hearing loss). Saya mau tau apakah ada orang yang sembuh dari tuli saraf dan apa usaha dan pengobatan yang ditempuhnya. Terima kasih. Email saya : krisnawati.rita@gmail.com

Hilmi said...

Mohon informasi untuk prof helmi praktek dmna? Dan jika berkenan mohon wa saya di 081259290477.
Sy tuli mendadak berdenging dan vertigo.
Mohon informasinya sangat atau email ke hilmi6643@gmail.com

Hilmi said...

Bagaimana kabar mbak mimi,? Sudah sehat kah
Sama halnya dg saya mengalami telinga berdenging dan tuli rasanya, kapala muter pusing dan g imbang badan.
Mohon sharingnya ya mbk supaya kita semua bisa sehat kembali
Mhn diluangkan wa saya 081259290477
Atau email saya mbk di hilmi6643@gmail.com
Salam hormat

donny said...

Salam semuanya..

Saya baca artikel ini beberapa hari setelah saya terkena ear stroke sebelah kanan akhir maret 2018.. memang pengalaman yang mengerikan.. alhamdulillah saya sudah pulih sekitar 95% dari sejak serangan pertama

Dalam waktu 3 minggu sejak terkena ear stroke peningkatan pendengaran saya mulai dari 80dB sampai ke level 23dB dan sudah masuk kategori normal..

Terapi yang saya lakukan kurang lebih sama dengan SOP standar dari kedokteran THT, yaitu mengkonsumsi steroid baik injeksi maupun obat, terapi hyperbaric dan rileks.. tapi ada satu hal yang saya lakukan yang tidak didalam SOP dari THT yaitu menjalani tindakan DSA Radiologi Intervensi..


Metode ini lebih dikenal sebagai brain wash atau brain spa, pada kasus saya, darah saya terindikasi kental dgn kolestrol tinggi sekitar 300, sehingga pikiran logis saya ear stroke yang saya alami diakibatkan oleh tersumbatnya aliran darah yang mensupply nutrisi dan oksigen ke saraf pendengaran sehingga menyebabkan saraf tsb 'pingsan' dan menyebabkan tuli mendadak..


Sebelum DSA-RI saya sempat di injeksi steroid 125mg dan pengurangan tidak signifikan dari 80dB menjadi 74dB, alhamdulilah 3 hari setelah tindakan DSA tuli saya membaik dari 74dB menjadi 50dB..

Setelah itu saya lanjutkan terapi steroid minum dgn dosis sesuai anjuran dr THT, seminggu kemudian tes audiometri saya membaik lagi menjadi 28dB..

terapi steroid saya teruskan dan 3 hari kemudian saya tes lagi audiometri sudah sekitar 23dB dan sudah dinyatakan normal oleh dr THT.. masalah yang masih tertinggal adalah denging yang cukup keras sehingga THT menyarankan untuk meneruskan hyperbaric tanpa obat lagi..

saya sempat lakukan experiment sendiri dengan konsumsi kopi, ternyata konsumsi kopi pada saat tertentu menambah intensitas denging.. juga saat tingkat kolestrol agak tinggi denging memburuk..

semoga menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi teman2 semua, yang penting tetap semangat, dan lakukan tindakan secepatnya karena kemungkinan sembuh total sangat besar bila penanganan dilakukan dalam waktu 2 - 3 minggu sejak serangan pertama terjadi..

jaga pola hidup sehat, terutama tingkat kolestrol dan kurangi konsumsi garam yang dpt menyebabkan pengentalan darah..

Jadi pada kasus saya bisa saya rangkum sbb:

darah kental + kolestrol tinggi > penyempitan pembuluh darah saraf pendengaran > saraf kurang nutrisi dan oksigen > saraf pingsan > tuli mendadak > pemyempitan diperbaiki + obat steroid > saraf kembali sehat > pendengaran membaik

saya hanya sekedar sharing dgn teman2 disini mengenai tindakan yang saya ambil yang BELUM TENTU COCOK dengan semua penderita ear stroke, pada kasus saya, Alhamdulillah saya terselamatkan..


Semoga bermanfaat Allahu 'alam

Unknown said...

Hi mas Donny, mau tanya untuk DSA-RI itu dmana yah, btw dengan dokter siapa mas Donny konsultasi nya? Bisa email ke smiling_jim01@yahoo.com atau wa ke 083891772577 dengan Jimmy, thx sebelumnya

Unknown said...

Mas Dony boleh saya tau dokter dimana dan rumah sakit mana? Terimakasih Mas.

donny said...

Salam teman teman yang mau mencoba terapi tersebut bisa mengunjungi RSPAD Gatot Subroto divisi Cerebro Vascular Centre, saya ditangani oleh Dr Bambang Spesialis Saraf.

Semoga bermanfaat.

Mimi said...

Halo semua, saya dengan Mimi, pemilik Blog ini. Mohon maaf saya lama tidak membuka blog ini. Untuk komen dan pertanyaan selanjutnya, bisa di kirimkan ke mimosapudica76@gmail.com.

Terima kasih

Amanda Fang said...

Hi Mas Donny....
Boleh tolong info, dr THT siapa dan RS mana yg menangani penyakit Mas Donny.
Wa saya 08161102600
Tks
Dewi

Post a Comment

About Me

My photo
Jakarta, Jakarta, Indonesia

Followers